Hakikat Ramadhan



Oleh : Ust. H. Muh. Lutfi Tharodli,S.Sos.I.

A
lhamdulillah di tahun ini kita kembali berjumpa dengan bulan yang sangat agung, bulan yang penuh rahmat, bulan di mana Allah melimpahkan pahala yang berlipat ganda, dan bulan yang lebih baik dari seribu bulan yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat lain selain umat Nabi Muhammad Saw yang terdapat pada bulan tesebut satu malam yang disebut dengan malam lailatul qadar.
            Ramadhan adalah salah satu penggalan waktu dalam kehidupan kita. Namun nilai waktu Ramadhan berbeda dengan waktu di bulan lain, Ramadhan begitu menjanjikan banyak bonus dan pahala. Amalan wajib dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh puluh kali lipat. Amalan sunnah dihitung wajib. Do’a akan mudah dikabulkan. Membaca Al-Qur’an dilipatygandakan kebaikannya, satu huruf senilai sepuluh kebaikan. Sedekah diterima. Memberi buka puasa mendapatkan pahala persis seperti orang yang berpuasa tersebut. Berbuka puasa sendiri berpahala. Mengakhirkan sahur berpahala.
            Jelasnya kewajiban puasa yang terkandung di bulan Ramadhan adalah ibadah special yang khusus dinilai oleh Allah, berbeda dengan ibadah-ibadah lain. Hal ini diungkapkan dalam sebuah hadits yang artinya :”dari abu Hurairah ra. Dari nabi saw. Bersabda: Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milikKu dan Aku yang akan memberikan balasannya, dan sungguh, bau yang tidak sedap mulut orang yang bepuasa di sisi Allah subhanahu wa ta’ala lebih wangi dari parfum misik”. (HR. Bukhari)


            Begitu besarnya ganjaran pahala yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang berpuasa oleh karenanya janganlah sampai kita menyia-nyiakan bulan yang barokah ini. Marilah, kita maknai bulan Ramadhan ini dengan makna yang sebenarnya dan memahami hakikat dari puasa Ramadhan tersebut.
Banyak orang yang berpuasa tetapi mereka tiada memahami hakikat puasa yang mereka sedang jalani. Mereka berpuasa hanya sekedar menahan diri dari tidak makan dan tidak minum tetapi menggunjing orang jalan terus, mengucapkan kata-kata kotor, menyakiti orang lain, menonton porno, dan perbuatan-perbuatan amoral dilakukan tanpa ada perasaan berdosa.
Padahal hakikat puasa yang sebenarnya adalah selain menahan diri dari tidak makan dan tidak minum dari terbit fajar sampai terbenam matahari, hakikat puasa juga adalah menjaga hati, perbuatan dan lisan dari akhlak-akhlak madzmumah. Jadi, orang yang berpuasa adalah orang yang berusaha membersihkan zahir batinnya dari perbuatan yang menyebabkan Allah tidak ridho kepadanya.
Bukankah tujuan dari puasa adalah untuk membentuk insan taqwa? Dan ingat hanya insan yang bertaqwalah yang mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin. Insan taqwa bukan insan perusak, pendengki, pembuka aib orang, pengumbar syahwat, melainkan insan yang memberi kesejukan kepada sesama dan dibutuhkan oleh orang lain. Insan taqwa adalah insan yang meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa merugikan orang lain. Insan taqwa adalah insan yang shaleh yang diridhoi penduduk bumi, lebih-lebih diridhoi oleh penduduk di langit. Insan taqwa adalah insane yang selalu diharapkan kehadirannya dan sangat diharapkan petuah-petuahnya yang bisa menjadi pelita bagio setiap hati yang masih gelap.
Orang yang memahami dan mengamalkan hakikat puasa maka hatinya akan terjaga, demikian pula semua anggota tubuhnya. Hatinya akan dia sucikan dari penyakit-penyakit hati seperti hasad, iri, dengki, dan lain sebagainya. Anggota tubuhnya dari atas sampai bawah akan dia jauhi dari perbuatan yang dapat merusak dirinya dan orang lain.
Sungguh benar sabda Rasulullah SAW yang bebunyi :”Tidak dikatakan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan belum dikatakan lurus hati seorang hamba sebelum lurus lidahnya, dan tidak akan masuk syurga seoarang hamba yang tetangganya tidak aman dari ucapan dan perbuatannya.”
Orang yang berpuasa dengan benar akan terus berusaha mengasah hatinya dan berusaha menjaga lidahnya karena ia yakin menahan lapar dan dahaga saja akan sia-sia jika hati dan lisan tidak terjaga.
Rasulullah SAW bersabda :”barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan-ucapan kotor, maka tiada hajat bagi Allah untuk memberikannya pahala sekalipun dia meninggalkan makan dan minum”.
Jika hakikat puasa sebagaimana yang tersebut di atas telah sanggup diamalkan oleh orang yang berpuasa maka dia bukan hanya sholeh di bulan Ramadhan saja tetapi di bulan-bulan lainpun dia akan tetap memperoleh hikmah Ramadhan yaitu istiqamah dalam kshalehannya. Sebaliknya orang yang tidak dapat memetik hakikat puasa Ramadhan maka kesholehan yang dia lakukan selama bulan Ramadhan adalah kesholehan yang manipulatif. Buktinya banyak orang yang berpuasa di bulan ramadhan mereka sanggup tidak minum-minuman keras, sanggup tidak kumpul kebo dan tidak melakukan perbuatan maksiat-maksiat lainnya tetapi begitu Ramadhan usai mereka seperti orang-orang yang bebas dari penjara dan kembali melakukan perbuatan-perbuatan maksiat.
Hakikat dari puasa Ramadhan adalah hakikat yang tidak dibatasi dengan waktu artinya hakikat puasa Ramadhan harus direalisasikan dalam bulan-bulan yang lain. Sehingga kalau boleh dikatakan puasa Ramadhan sebagai penataran yang hasilnya bisa juga dipetik pada bulan-bulan lain. Sebagaimana kita mampu menjaga diri kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang pada bulan Ramadhan, maka seharusnya di bulan-bulan lain kita juga harus sanggup menjaga amanah bulan Ramadhan tersebut.
Amanah bulan ramadhan kepada kita adalah menjaga hati dan panca indera kita dari hal-hal yang tercela dan menjadikan hati dan jasmani kita sebagai ladang amal bukan ladang keburukan sehingga terbentuk insan yang dikehendaki oleh ramadhan yaitu insan-insan yang muttaqin.
Insan-insan yang muttaqin adalah insan-insan yang dijamin oleh Allah  akan mendapatkan kehidupan yang baik, dibalas dengan imbalan pahala, diberikan jalan keluar dari permasalahannya, dimurahkan rizkinya, dan akan tetap dalam pemeliharaan Allah SWT.
Jika seseorang dari bulan Ramadhan telah menjaga hakikat Ramadhan maka dosanya diampuni, baik dosanya yang telah lalu maupun dosanya yang akan datang.
Rasulullah Saw bersabda :”barang siapa berpuasa pada bulan ramadhan dengan keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah maka diampuni dosanya yang telah lalu maupun yang akan datangh”.
Nikmat-nikmat Allahpun akan diberikan kepada orang-orang yang menjalankan puasa dengan sebenarnya, anatara lain adalah :
Pertama,bau mulut mereka lebih harum dari parfum kesturi
Kedua, para malaikat senantiasa memohonkan ampun kepada Allah bagi mereka
Ketiga, Allah akan menghias syurganya setiap hari untuk dipersiapkan bagi orang-orang yang berpuasa dengan benar
Keempat, dibelenggu syetan-syetan sehingga tidak sanggup menggoda mereka
Kelima, mereka termasuk dari golongan hamba yang memperoleh ampunan Allah dan berhak mendapatkan surga-Nya.
Mudah-mudahan kita termasuk golongan hamba-hamba yang memperoleh hikmah  puasa dan memaknai puasa dengan benar sehingga hakikat puasa yang sebenarnya dapat kita raih dan kita terbentuk menjadi insan-insan yang muttaqin. Amin..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar